Saat kita
meneguhkan hati sahabat kita yang berada dalam ketakutan, sebenarnya kita pun
sedang menerima ketakutannya. Saat ketakutannya kita terima, saat itulah juga, kita
mengganti ketakutannya dengan keberanian kita.
Saat kita
merawat suami, isteri dan anak-anak kita yang sedang sakit, saat itulah juga kita
belajar menerima keterbatasan kesehatan mereka, sehingga kitapun belajar
kerepotan agar hidup tetap berlangsung.
Saat kita
marah kepada anak-anak kita, saat itu juga kita menerima telinga anak-anak kita
untuk mendengarkan kata-kata kita dengan penuh kesabaran, walaupun menyakitkan
sekalipun.
Saat kita
marah kepada pasangan hidup kita, dan karena itu dia diam, saat itu jugalah kita
menerima kesediaannya menerima kata-kata kasar, kitangkin pedas, dan menyakitkan, sampai
pasangan kita tidak sanggup untuk membalasnya.
Saat kita
dendam kepada orang serumah, sampai kita tidak mau berbicara dengan mereka;
saat-saat itulah kita sebenarnya menerima kegelisahan mereka karena merasa
tidak lagi dipercaya!
Saat kita
mengampuni pasangan hidup kita dan anak-anak kita setelah konflik akibat
berbagai macam masalah, saat itu jugalah kita menerima kegembiraan mereka
karena masih dipercaya walaupun telah berbuat salah!
Saat kita
percaya pada saudara kita, bahkan menaruh harapan bahwa saudara kita dapat
berkembang meski dia itu rapuh; saat itulah sebenarnya kita menerima
kerapuhannya menjadi milik kita, dan kita memberikan harapan kita sehingga berkobar
dalam hatinya!
Saat kita
memberi harapan kepada saudara kita, saat itu jugalah kita melepaskan kacamata
hitam kita yang lama dan kita mengganti dengan "kacamata baru" dari
saudara kita. Saat itu jugalah kita mengawali usaha untuk mengampuninya.
Saat Tuhan
mengampuni kita, saat itu jugalah kita menerima kehendak bebas dari-Nya agar kita
merasa sungguh dipercaya untuk menentukan keputusan kita demi kepentingan- Nya,
yakni kepentingan untuk mengasihi sesama seperti Ia mengasihi.