Kamis, 15 Juli 2010

Peraturan PNS Menjadi Kepala Desa

PNS yang ingin menjadi Kepala Desa ata Perangkat Desa tidak harus keluar dari PNS. Bahkan, selama menjadi Kades/Perangkat Desa masih berhak gaji rutin. Dan ketika masa jabatannya habis, berhak kemabali menjadi PNS.

Ketentuan ini diatur dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonoml Daerah Nomor 8 tahun 2001 tentang Pedoman Bagi Pegawai Negeri Sipil Yang Dipilih Menjadi Kepala Desa Atau Dipilih / Diangkat Menjadi Perangkat Desa

Berikut cuplikan isi Permendagri:

1. Pegawai Negeri adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (UU 43/1999, Pasal 1 ayat (1))

2. Pegawai Negeri Sipil yang dapat dicalonkan sebagai Kepala Desa atau Perangkat Desa adalah Pegawai Negeri Sipil warga masyarakat yang mengenal daerahnya dan dikenal oleh masyarakat desa setempat (Pasal 2)

3. Calon Kepala Desa atau Perangkat Desa yang berasal dari Pegawai Negeri Sipil disamping memenuhi ketentuan pasal 97 Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999, juga harus mendapatkan ijin tertulis dari pimpinan instansi induknya (Pasal 3 ayat (1)

4. Pimpinan instansi induk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu : (a). Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen/ Sekretaris Jenderal Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara bagi Pegawai Negeri Sipil Pusat; (b). Gubernur bagi Pegawai Negeri Sipil dari Pemerintah Propinsi; (c). Bupati/Walikota bagi Pegawai Negeri Sipil dari Pemerintah Kabupaten/Kota; (d). Kepala Kantor Wilayah Departemen/Lembaga Non Departemen bagi Pegawai Negeri Sipil Instansi Vertikal (Pasal 3 ayat (2))

5. (Pasal 97 UU Nomor 22/1999) Yang dapat dipilih menjadi Kepala Desa adalah penduduk Desa warga negara Republik Indonesia dengan syarat-syarat:

a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;

c. tidak pernah terlibat langsung atau tidak langsung dalam kegiatan yang mengkhianati Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, G30S/PKI dan/atau kegiatan organisasi terlarang lainnya;

d. berpendidikan sekurang-kurangnya Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan/atau berpengetahuan yang sederajat;

e. berumur sekurang-kurangnya 25 tahun;
f. sehat jasmani dan rohani;
g. nyata-nyata tidak terganggu jiwa/ingatannya;
h. berkelakuan baik, jujur, dan adil;
i. tidak pernah dihukum penjara karena melakukan tindak pidana;

j. tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan keputusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap;

k. mengenal daerahnya dan dikenal oleh masyarakat di Desa setempat;
l. bersedia dicalonkan menjadi Kepala desa; dan

m. memenuhi syarat-syarat lain yang sesuai dengan adat istiadat yang diatur dalam Peraturan Daerah.

6. Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 yang dipilih menjadi Kepala Desa atau dipilih/diangkat menjadi Perangkat Desa, dibebaskan untuk sementara waktu dari jabatan organiknya selama menjadi Kepala Desa atau Perangkat Desa dengan tanpa kehilangan statusnya sebagai Pegawai Negeri Sipil (Pasal 4)

7. Pegawai Negeri Sipil yang telah selesai melaksanakan tugasnya sebagai Kepala Desa atau Perangkat Desa dikembalikan ke instansi induknya berdasarkan Keputusan Bupati (Pasal 10 ayat (1))

8. Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat diangkat kembali dalam jabatan struktural atau fungsional sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan (Pasal 10 ayat (2))

Posted on Rabu, Juli 14, 2010

Senin, 12 Juli 2010

Blogger Buzz : Ekspresikan diri Anda dengan Desainer Template Blogger

Blogger Buzz : Ekspresikan diri Anda dengan Desainer Template Blogger

PENDEKATAN MENULIS DI SD

Pendekatan yang disarankan dalam pembelajaran menulis meliputi pendekatan komunikatif, integratif, keterampilan proses, dan pendekatan tematis. Pendekatan komunikatif memfokuskan pada keterampilan siswa mengimplementasikan fungsi bahasa (untuk berkomunikasi) dalam pembelajaran. Pendekatan integratif menekankan keterpaduan empat aspek keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis) dalam pembelajaran. Pendekatan keterampilan proses memfokuskan keterampilan siswa dalam mengamati, mengklasifikasi, menginterpretasi, dan mengkomunikasikan. Pendekatan tematis menekankan tema pembelajaran sebagai payung/pemandu dalam pembelajaran.
Lebih lanjut dijelaskan, bahwa (1) pendekatan komunikatif tampak pada butir pembelajaran, misalnya: mendeskripsikan suatu benda, menulis surat, dan membuat iklan; (2) pendekatan integratif tampak pada butir pembelajaran, misalnya: menceritakan pengalaman yang menarik, menuliskan suatu peristiwa
sederhana, membaca bacaan kemudian membuat ikhtisar, dan meringkas cerita yang dtdengar; (3) Pendekatan keterampilan proses, tampak pada butir pembelajaran, misalnya: melaporkan hasil kunjungan, menyusun laporan pengamatan, membuat iklan, dan menyusun kaiimat acak menjadi paragraf yang padu; dan (4) pendekatan tematis, tampak pada butir pembelajaran, misatnya: menulis pengalaman dalam bentuk puisi, dan menyusun naskah sambutan.
Pendekatan-pendekatan tersebut pada hakikatnya mcmpunyai karaktenstik yang sama dengan pendekatan konstruktivisme, yaitu memandang siswa di dalam pembelajaran sebagai subjek pembelajaran bukan sebagat objek pembelajaran Dalam hal ini, peran guru sebagai motivator dan fasilitator di dalam membangkitkan potensi siswa dalam membangun/mengkonstruk gagasan/ide masmg-masing di dalam pembelajaran.
Teknik dan Model Pembelajaran Menulis Cerita
Berdasarkan butir-butir pembelajaran menulis di kelas tinggi (kelas 3-6) SD terdapat ragam teknik pembelajaran menulis. Teknik pembelajaran menulis dikelompokkan menjadi dua, yakni menulis cerita dan menulis untuk keperluan sehari-han
a) Menulis cerita
Teknik ini terdiri atas 6 macam, yaitu: I) menyusun kaiimat. Teknik menyusun cerita dapat dilakukan dengan: (a) menjawab pertanyaan, (b) melengkapai kalimat, (c) memperbaiki susunan kalimat, (d) memperluas kaiimat, (e) subtitusi, (f) transfomtasi, dan (g) membuat kaiimat; (2)Teknik memperkenalkan cerita: (a) baca dan tulis, (b) simak dan tulis; (3) meniru model; (4) menyusun paragaf; (5) menceritakan kembali; dan (6) membuat
b) Menulis untuk keperluan sehari-hari
Menulis untuk keperluan sehari-hari mehputi ragam menulis: (1) menulis surat, (2) menulis pengumuman, (3) mengisi formulir, (4) menulis surat undangan, (5) membuat iklan, dan (6) menyusun daftar riwayat hidup.

Model pembelajaran menulis cerita/cerpen di SD meliputi: menceritakan gambar, melanjutkan ceria lain, menceitakan mimpi, menceriakan pengalaman, dan menceritakan cita-cita.
(a) Menceritakan gambar Model ini dapat dilakukan mulai kelas 4 SD. Guru memperlihatkan beberapa gambar, selanjutnya, siswa diminta mengamati gambar tersebut dengan teliti. Kemudian, mereka diminta untuk menuliskannya ke dalam centa lengkap.
(b) Melanjutkan centa. Model ini diawaii dengan kegiatan guru membacakan atau memperdengarkan cerita yang dipilih guru, kemudian para siswa diminta melanjutkan cerita guru tersebut.
(c) Menceitakan mimpi. Model ini dilakukan dengan menugasi siswa untuk menceritakan mimpinya dengan menambah atau mengurangi isi dan mimpi mereka.
(d) Menceritakan pengalaman Model ini dilakukan dengan menugasi siswa untuk menceritakan pengalaman, baik pengalaman saat liburan, bermain,darmawisata, dan sebagainya.
(e) Menceritakan cita-cita. Model ini dilakukan dengan cara menugasi siswa untuk menceritakan cita-citanya setelah dewasa nanti.

Wadaslintang, 12 Juli 2010

Sabtu, 03 Juli 2010

Hakikat Tujuan Pendidikan

Akhir-akhir ini, semakin banyak anak-anak kita yang terjerumus di dalam bahaya di dalam hidupnya. Tingkah lakunya sudah menyimpang dari tuntunan Agama Islam seperti mengkonsumsi narkoba, minuman keras, pergaualan bebas dan perbuatan lainnya menyerupai zaman jahiliyyah. Sesungguhnya agama adalah sumber perilaku manusia. Akal dan nafsu kita sama sekali tidak memadai sebagai landasan hidup. Bahkan akal dan nafsu seringkali menjerumuskan kehidupan manusia.

Tujuan pendidikan yang sesungguhnya adalah mengembalikan citra Allah di dalam jiwa manusia. Sebab dosa-dosa yang dilakukan manusia nyaris menghapuskan citra Allah dalam diri manusia. Dua tujuan penting pendidikan adalah :
Pertama, untuk mengembalikannya kepada kesempurnaan fitrah manusia. Adalah menjadi tugas para orangtua dan guru dalam pendidikan orang-orang muda untuk bekerjasama dalam mewujudkan citra Allah di muka bumi. Setiap kemampuan, bakat dan kekuatan yang dikaruniakan Allah kepada kita, harus digunakan untuk kemualiaanNya dan untuk meninggikan derajat manusia. Jangan sampai kehidupan manusia jatuh dalam jurang kehancuran.
Kalau saja prinsip ini mendapat perhatian, maka akan terdapat suatu perubahan besar di dalam beberapa metode pendidikan yang ada sekarang. Sebagai ganti dari kecenderungan kesombongan dan ambisi pribadi murid, para guru akan berupaya untuk membangkitkan kesukaan pada kebaikan, kebenaran dan keindahan. Murid tidak akan berusaha menyombongkan diri, melainkan mematuhi perintah Ilahi dan menerima teladan rasul-rasulNya. Sebagai ganti kecenderungan murid terhadap nafsu meninggikan diri yang merusak; para guru akan mengarahkan pikiran dan hati murid kepada Allah SWT.
Mengapa demikian ? Permulaan hikmat kebijaksanaan hidup adalah mengenal dan taqwa atau takut kepada Allah. Allah SWT berfirman dalam surat Al Baqarah, ayat 269 yang artinya :
"Allah menganugrahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Qur'an dan As Sunnah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa yang dianugrahi al hikmah itu, ia benar-benar telah dianugrahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)."

Kedua, untuk mendapatkan pengetahuan dan membentuk tabi'at yang selaras dengan kehendak Ilahi, haruslah menjadi tujuan dari setiap pekerjaan pendidik baik orangtua maupun guru. Sebab segala perintah Allah adalah benar dan manusia memperoleh pengertian dari perintah-perintah Allah. Melalui serangkaian ilham dan kitab alam semesta kita harus meraih pengetahuan tentang Allah.

Oleh karena itu, kita harus waspada bahwa berdiam diri, tidak melarang dan tidak mendidik anak-anaknya dengan pendidikkan yang baik, besok di hari akhirat, bukan saja anak-anak yang melanggar tuntunan Islam yang akan mendapat siksa, namun juga orangtuanya. Rasulullah SAW bersabda :

"Sesungguhnya manusia yang terberat siksanya di hari kiamat adalah orang yang menjadikan keluarganya bodoh atau tidak mengetahui syari'at Allah."

Dalam hadist yang lain Nabi bersabda :
"Barangsiapa yang meninggalkan anak-anaknya dalam keadaan bodoh ( tidak mengetahui syari'at Allah) , maka seakan-akan ia menanggung dosa yang dikerjakan anak-anaknya."

Adapun sebagian dari cara mendidik kebaikan adalah orangtua harus berani memerintahkan anak-anaknya agar melaksanakan shalat lima waktu. Orangtua harus memperhatikan apakah anak-anaknya sudah melaksanakan shalat ataukah mereka melalaikannya.

Orangtua juga dapat memerintahkan anak-anaknya mengikuti shalat berjama'ah di mushalla atau masjid serta mengikuti pengajian agama. Sebab dengan sering mendengarkan pengajian agama, Allah akan memberi pertolongan berupa hidayah untuk mengamalkan ilmu agama. Dan Insya Allah kelak di akhirat, akan dimudahkan Allah jalan menuju syurga. Rasulullah SAW bersabda :
"Barangsiapa menempuh jalan mencari ilmu agama, maka Allah akan mempermudah baginya jalan menuju syurga."

Para alim ulama mengajarkan kepada kita bahwa barangsiapa yang tidak ngaji atau tidak kemasukan ilmu syari'at selama 40 hari berturut-turut, maka ia termasuk orang yang hatinya tertutup dan keras. Padahal orang-orang yang hatinya keras ini termasuk golongan yang akan masuk dalam neraka Well sebagaimana tersebut dalam firman Allah SWT surat Az Zumar, ayat 22 yang artinya :

"Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata."

Oleh karena itu usaha-usaha menuntut ilmu agama, pengajian-pengajian dan kegiatan keagamaan baik di dalam rumah, mushala maupun masjid, kita lakukan sungguh-sungguh agar keluarga kita, anak-anak kita, semakin bertambah ketaqwaan dan budi pekertinya.

Rasulullah SAW ditanya :
"Sebab apa banyak orang masuk syurga wahai Rasulullah ? Rasulullah SAW menjawab " taqwa kepada Allah dan budi pekerti yang baik."

Keberhasilan yang nyata dalam pendidikan tergantung pada kesetiaan manusia dalam melaksanakan perintah Allah SWT.
"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan."

Jumat, 02 Juli 2010

Peran Guru sebagai Motivator dalam KTSP

Sejalan dengan pergeseran makna pembelajaran dari pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher oriented) ke pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student oriented), maka peran guru dalam proses pembelajaran pun mengalami pergeseran, salah satunya adalah penguatan peran guru sebagai motivator.
Proses pembelajaran akan berhasil manakala siswa mempunyai motivasi dalam belajar. Oleh sebab itu, guru perlu menumbuhkan motivasi belajar siswa. Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, guru dituntut kreatif membangkitkan motivasi belajar siswa, sehingga terbentuk perilaku belajar siswa yang efektif.
Dalam perspektif manajemen maupun psikologi, kita dapat menjumpai beberapa teori tentang motivasi (motivation) dan pemotivasian (motivating) yang diharapkan dapat membantu para manajer (baca: guru) untuk mengembangkan keterampilannya dalam memotivasi para siswanya agar menunjukkan prestasi belajar atau kinerjanya secara unggul. Kendati demikian, dalam praktiknya memang harus diakui bahwa upaya untuk menerapkan teori-teori tersebut atau dengan kata lain untuk dapat menjadi seorang motivator yang hebat bukanlah hal yang sederhana, mengingat begitu kompleksnya masalah-masalah yang berkaitan dengan perilaku individu (siswa), baik yang terkait dengan faktor-faktor internal dari individu itu sendiri maupun keadaan eksternal yang mempengaruhinya.
Terlepas dari kompleksitas dalam kegiatan pemotivasian tersebut, dengan merujuk pada pemikiran Wina Senjaya (2008), di bawah ini dikemukakan beberapa petunjuk umum bagi guru dalam rangka meningkatkan motivasi belajar siswa
1. Memperjelas tujuan yang ingin dicapai.
2. Tujuan yang jelas dapat membuat siswa paham ke arah mana ia ingin dibawa. Pemahaman siswa tentang tujuan pembelajaran dapat menumbuhkan minat siswa untuk belajar yang pada gilirannya dapat meningkatkan motivasi belajar mereka. Semakin jelas tujuan yang ingin dicapai, maka akan semakin kuat motivasi belajar siswa. Oleh sebab itu, sebelum proses pembelajaran dimulai hendaknya guru menjelaskan terlebih dulu tujuan yang ingin dicapai. Dalam hal ini, para siswa pun seyogyanya dapat dilibatkan untuk bersama-sama merumuskan tujuan belajar beserta cara-cara untuk mencapainya.
2. Membangkitkan minat siswa.
Siswa akan terdorong untuk belajar manakala mereka memiliki minat untuk belajar. Oleh sebab itu, mengembangkan minat belajar siswa merupakan salah satu teknik dalam mengembangkan motivasi belajar. Beberapa cara dapat dilakukan untuk membangkitkan minat belajar siswa, diantaranya :
• Hubungkan bahan pelajaran yang akan diajarkan dengan kebutuhan siswa. Minat siswa akan tumbuh manakala ia dapat menangkap bahwa materi pelajaran itu berguna untuk kehidupannya. Dengan demikian guru perlu enjelaskan keterkaitan materi pelajaran dengan kebutuhan siswa.
• Sesuaikan materi pelajaran dengan tingkat pengalaman dan kemampuan siswa. Materi pelaaran yang terlalu sulit untuk dipelajari atau materi pelajaran yang jauh dari pengalaman siswa, akan tidak diminati oleh siswa. Materi pelajaran yang terlalu sulit tidak akan dapat diikuti dengan baik, yang dapat menimbulkan siswa akan gagal mencapai hasil yang optimal; dan kegagalan itu dapat membunuh minat siswa untuk belajar. Biasanya minat siswa akan tumbuh kalau ia mendapatkan kesuksesan dalam belajar.
• Gunakan berbagai model dan strategi pembelajaran secara bervariasi, misalnya diskusi, kerja kelompok, eksperimen, demonstrasi, dan lain-lain.
3. Ciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar.
Siswa hanya mungkin dapat belajar dengan baik manakala ada dalam suasana yang menyenangkan, merasa aman, bebas dari rasa takut. Usahakan agar kelas selamanya dalam suasana hidup dan segar, terbebas dari rasa tegang. Untuk itu guru sekali-sekali dapat melakukan hal-hal yang lucu.
4. Berilah pujian yang wajar terhadap setiap keberhasilan siswa.
Motivasi akan tumbuh manakala siswa merasa dihargai. Memberikanpujian yang wajar merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memberikan penghargaan. Pujian tidak selamanya harus dengan kata-kata. Pujian sebagain penghargaan dapat dilakukan dengan isyarat, misalnya senyuman dan anggukan yang wajar, atau mungkin dengan tatapan mata yang meyakinkan.
5. Berikan penilaian.
Banyak siswa yang belajar karena ingin memperoleh nilai bagus. Untuk itu mereka belajar dengan giat. Bagi sebagian siswa nilai dapat menjadi motivasi yang kuat untuk belajar. Oleh karena itu, penilaian harus dilakukan dengan segera agar siswa secepat mungkin mengetahui hasil kerjanya. Penilaian harus dilakukan secara objektif sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing.
6. Berilah komentar terhadap hasil pekerjaan siswa.
Siswa butuh penghargaan. Penghargaan bisa dilakukan dengan memberikan komentar positif. Setelah siswa selesai mengerjakan suatu tugas, sebaiknya berikan komentar secepatnya, misalnya dengan memberikan tulisan “bagus” atau “teruskan pekerjaanmu” dan lain sebagainya. Komentar yang positif dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
7. Ciptakan persaingan dan kerja sama.
Persaingan yang sehat dapat memberikan pengaruh yang baik untuk keberhasilan proses pembelajaran siswa. Melalui persaingan siswa dimungkinkan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memperoleh hasil yang terbaik. Oleh sebab itu, guru harus mendesain pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk bersaing baik antara kelompok maupun antar-individu. Namun demikian, diakui persaingan tidak selamanya menguntungkan, terutama untuk siswa yang memang dirasakan tidak mampu untuk bersaing, oleh sebab itu pendekatan cooperative learning dapat dipertimbangkan untuk menciptakan persaingan antarkelompok.
Di samping beberapa petunjuk cara membangkitkan motivasi belajar siswa di atas, adakalanya motivasi itu juga dapat dibangkitkan dengan cara-cara lain yang sifatnya negatif seperti memberikan hukuman, teguran, dan kecaman, memberikan tugas yang sedikit berat (menantang). Namun, teknik-teknik semacam itu hanya bisa digunakan dalam kasus-kasus tertentu. Beberapa ahli mengatakan dengan membangkitkan motivasi dengan cara-cara semacam itu lebih banyak merugikan siswa. Untuk itulah seandainya masih bisa dengan cara-cara yang positif, sebaiknya membangkitkan motivasi dengan cara negatif dihindari.

Plunjaran, 3 JUli 2010