Rabu, 22 Oktober 2014
BAHASA PROKEM
Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992). Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua.
Seperti yang
dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa remaja menunjukkan
dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh
status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Menurut Sri Rumini &
Siti Sundari (2004: 53) masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa
dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa
dewasa. Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21
tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria.
Banyak pendapat
yang mengemukakan mengenai definisi remaja. Akan tetapi pada pada dasarnya
menggambarkan bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak
dengan masa dewasa dengan rentang usia antara 12-22 tahun, dimana pada masa
tersebut terjadi proses pematangan baik itu pematangan fisik, maupun
psikologis.
Bahasa Prokem
yang pernah populer digunakan dalam pergaulan anak muda Jakarta pada era tahun
80-an hingga awal 90-an. Coba baca dialog berikut ini:
Bedul : “Kenokap lu sendokiran di
lokur?”
Jaki : “Lagi nunguin bokin.”
Bedul : “Emang kemoken doi?”
Jaki : “Doi bilang sih jokal-jokal ke snokay sama sedokurnya.”
Jaki : “Lagi nunguin bokin.”
Bedul : “Emang kemoken doi?”
Jaki : “Doi bilang sih jokal-jokal ke snokay sama sedokurnya.”
Bagi pembaca
yang lahir tahun 90-an kemungkinan tidak paham dengan dialog diatas, atau
justru malah jadi geli membacanya. Tapi ada baiknya kita menelusuri sedikit
mengenai bahasa yang kadang disingkat “okem” ini.
Bahasa ini
kemungkinan dahulu muncul dari kalangan preman* jalanan yang berusaha agar
pembicaraan mereka tidak mudah dimengerti orang lain (lebih-lebih terhadap
aparat kepolisian). Dengan cara itu para preman dapat lebih mudah berkomunikasi
dengan kelompoknya untuk melakukan setiap kegiatan. Tidak diketahui dari siapa
dan dari mana bahasa ini berawal.
Bahasa ini
akhirnya berkembang menjadi bahasa yang sering dipergunakan kalangan remaja
pada tahun 80-an. Bagi kalangan remaja pada saat itu, bahasa prokem cenderung
dipakai untuk menunjukkan ekpresi rasa kebersamaan dan juga untuk menyatakan
diri sebagai anggota kelompok masyarakat yang berbeda dari kelompok masyarakat
yang lain.
Kosakata remaja
terus mengalami perkembangan seiring dengan bertambahnya referensi bacaan
dengan topik-topik yang lebih kompleks. Remaja mulai peka dengan kata-kata yang
memiliki makna ganda. Mereka menyukai penggunaan singkatan, akronim, dan
bermain dengan kata-kata untuk mengekspresikan pendapat mereka.
Terkadang
mereka menciptakan ungkapan-ungkapan baru yang sifatnya tidak baku. Bahasa
seperti inilah yang kemudian banyak dikenal dengan istilah bahasa gaul. Di
samping bukan merupakan bahasa yang baku, kata-kata dan istilah dari bahasa
gaul ini terkadang hanya dimengerti oleh para remaja atau mereka yang kerap
menggunakannya sehingga terkadang orang dewasa tidak memahami bahasa apa yang
dikatakan oleh para remaja tersebut.
Penggunaan
bahasa gaul ini merupakan ciri dari perkembangan psikososial remaja. Menurut
Erikson (1968), remaja memasuki tahapan psikososial yang disebut sebagai identity
versus role confusion, yaitu pencarian dan pembentukan identitas.
Penggunaan bahasa gaul ini juga merupakan bagian dari proses perkembangan
mereka sebagai identitas independensi mereka dari dunia orang dewasa dan
anak-anak.Bahasa prokem adalah penggunaan kata-kata dalam bahasa yang tidak
resmi dan ekspresi yang bukan merupakan standar penuturan dialek atau bahasa.
Kata dalam
bahasa prokem biasanya kaya dalam domain tertentu, seperti kekerasan, kejahatan
dan narkoba dan seks.
Bahasa prokem Indonesia atau bahasa gaul
atau bahasa prokem yang khas Indonesia dan jarang dijumpai di negara-negara lain
kecuali di komunitas-komunitas Indonesia. Bahasa prokem yang berkembang di
Indonesia lebih dominan dipengaruhi oleh bahasa Betawi yang mengalami
penyimpangan/ pengubahsuaian pemakaian kata oleh kaum remaja Indonesia yang
menetap di Jakarta.
Belakangan ini
bahasa prokem mengalami pergeseran fungsi dari bahasa rahasia menjadi bahasa
pergaulan anak-anak remaja. Dalam konteks kekinian, bahasa pergaulan anak-anak
remaja ini merupakan dialek bahasa Indonesia
non-formal yang terutama digunakan di suatu daerah atau komunitas tertentu
(kalangan homo seksual atau waria). Penggunaan bahasa gaul menjadi lebih
dikenal khalayak ramai setelah Debby Sahertian mengumpulkan kosa-kata yang
digunakan dalam komunitas tersebut dan menerbitkan kamus yang bernama Kamus
Bahasa Gaul pada tahun 1999.
Kaidah Morfologis Bahasa Prokem
Kaidah morfologi bahasa Prokem pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
Kaidah morfologi bahasa Prokem pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
1) Kata-kata biasa yang diberi arti baru.
Kata-kata
semacam ini diambil dari bahasa Indonesia biasa yang diberikan arti baru. Dalam
banyak hal, kata-kata semacam ini hampir sama dengan penggunaan metafora dan
gaya bahasa umumnya dalam bahasa Indonesia.
Contoh :
meledak : berhasil mencuri barang
berharga dan besar
tembak : memeras
cabut : pergi, berangkat dan atau
pulang
2) Kata-kata Jadian.
Proses
morfologis dengan menggunakan kata jadian dalam bahasa Prokem merupakan cara
yang sangat produktif. Cara pembalikan huruf dalam kata dasar sebenarnya sering
digunakan dalam kode yang biasa digunakan anak-anak yang dikenal dengan nama
bahasa balik. Dalam bahasa Prokem, yang ditukar biasanya adalah dua huruf
konsonan dalam suatu kata dasar yang bersuku dua, misalnya:
payah menjadi yapah
burung menjadi rubung
macan menjadi caman
3) Kata-kata Baru yang Tak Diketahui Akarnya.
Kata-kata baru dalam bahasa Prokem yang termasuk kelompok ini sulit diketahui
apakah ia merupakan kata-kata baru atau kata jadian, karena dasarnya tidak
dikenali lagi. Kata ogut misalnya, segera mengingatkan kita pada kata gue
(saya). Namun, tak ada contoh lain satupun yang dapat rnenjelaskan perubahan
kata gue menjadi ogut. Hal yang sarna terjadi pula pada kata doi (kekasih, si
dia), yang mudah dikenali sebagai berasal dari kata dia. Namun, sebagaimana
ogut. proses perubahan dari dia menjadi doi pun tidak dapat ditelusuri
prosesnya karena tidak ada contoh sejenis.
Kata-kata yang sullt dikenali prosesnya dari akar kata bahasa Indonesia sebelum
menjadi bahasa Prokem dalam beberapa hal bahkan sulit dicari akarnya dalam
bahasa Indonesia, seperti beceng (pistol), bohay (wanita cantik), boin (bego.
dungu), gentur (tidur), tit (mati) dan sebagainya.
Proses semacam ini, tidak begitu produktif dalarn bahasa Prokem. Nampaknya, ia
dihasilkan begitu saja, untuk kemudian, jika kebetulan, diterima dan digunakan
berdasarkan kesepakatan diam-diam.
Penggunaan Bahasa Prokem di Kalangan Remaja
Penggunaan Bahasa Prokem di Kalangan Remaja
Kehadiran
bahasa prokem itu dapat dianggap wajar karena sesuai dengan tuntutan
perkembangan nurani anak usia remaja. Masa hidupnya terbatas sesuai dengan
perkembangan usia remaja. Selain itu, pemakainnya pun terbatas pula di kalangan
remaja kelompok usia tertentu dan bersifat tidak resmi. Jika berada di luar
lingkungan kelompoknya, bahasa yang digunakannya beralih ke bahasa lain yang
berlaku secara umum di lingkungan masyarakat tempat mereka berada. Jadi,
kehadirannya di dalam pertumbuhan bahasa Indonesia ataupun bahasa daerah tidak
perlu dirisaukan karena bahasa itu masing-masing akan tumbuh dan berkembang
sendiri sesuai dengan fungsi dan keperluannya masing-masing.
Hingga saat ini
bahasa Prokem sudah jarang sekali digunakan oleh kalangan anak muda sekarang.
Sisa-sisanya mungkin seperti : nyokap, bokap, bokep, toket, gokil, boke yang
kadang masih kita dengar dari dialog remaja sekarang. Itupun juga hanya tinggal
menunggu kepunahannya saja seiring dengan berkembangnya bahasa pergaulan baru
atau lebih disebut juga “bahasa gaul”.
Bahasa prokem
itu tumbuh dan berkembang sesuai dengan latar belakang sosial budaya
pemakainya. Hal itu merupakan perilaku kebahasaan dan bersifat universal.
Kosakata bahasa prokem di Indonesia diambil dari kosakata bahasa yang hidup di
lingkungan kelompok remaja tertentu. Pembentukan kata dan maknanya sangat
beragam dan bergantung pada kreativitas pemakainya.
Bahasa prokem
berfungsi sebagai ekspresi rasa kebersamaan para pemakainya. Selain itu, dengan
menggunakan bahasa prokem, mereka ingin menyatakan diri sebagai anggota kelompok
masyarakat yang berbeda dari kelompok masyarakat yang lain. Kehadiran bahasa
prokem itu dapat dianggap wajar karena sesuai dengan tuntutan perkembangan
nurani anak usia remaja. Masa hidupnya terbatas sesuai dengan perkembangan usia
remaja. Selain itu, pemakainnya pun terbatas pula di kalangan remaja kelompok
usia tertentu dan bersifat tidak resmi. Jika berada di luar lingkungan
kelompoknya, bahasa yang digunakannya beralih ke bahasa lain yang berlaku
secara umum di lingkungan masyarakat tempat mereka berada. Jadi, kehadirannya
di dalam pertumbuhan bahasa Indonesia ataupun bahasa daerah tidak perlu
dirisaukan karena bahasa itu masing-masing akan tumbuh dan berkembang sendiri
sesuai dengan fungsi dan keperluannya masing-masing.
Bahasa gaul ini
tidak hanya mereka (remaja) gunakan dalam berkomunikasi lisan tetapi mereka
juga menggunakan bahasa gaul dalam penulisan. Biasanya mereka menggunakan
bahasa gaul dalam menulis pesan singkat melalui telepon genggam. Ciri-ciri
bahasa gaul yang digunakan remaja dalam menulis pesan singkat antara lain,
yaitu :
(1) Dalam
menulis kata biasanya mereka menggunakan kata-kata yang disingkat seperti lagi
apa? menjadi gi pa?/pain, kuliah menjadi kul, sudah makan menjadi da mkn, bosan
banget menjadi bosan bgt, kita menjadi qt, mau menjadi mo, pulang menjadi plg,
padahal menjadi pdhl, kalau menjadi klo, dsb.
(2) Menggunakan
simbol tambahan atau angka dalam menulis, misalnya p@ k@bar L0e?, tempat
menjadi T4, sempat menjadi S4, berdua menjadi B2, senyum menjadi ^_^, babi
menjadi :@), sedih menjadi L, pusing
menjadi o:), mata genit menjadi ;-), dsb. Mereka tidak menyadari bahwa bagi
orang awam membaca tulisan seperti itu sangatlah memusingkan, membuat mata
sakit, dan susah memahaminya.
(3) Mereka juga
terkadang menggunakan huruf z di belakang kata, contohnya because
(bahasa Inggris) menjadi coz, easy (b. Inggris) menjadi ez, mengantuk
menjadi Zzzzz, ketika mereka berbicara aksen huruf z pada akhir kata terdengar
sangat jelas.
Selain
ciri-ciri tersebut masih ada ciri bahasa gaul yang digunakan remaja dalam
berkomunikasi dan terkadang mereka juga menggunakannya dalam menulis. Ciri-ciri
tersebut, antara lain membuat akronim yang diciptakan sendiri tanpa
memperhatikan kaidah pembuatan akronim, contohnya baru balas menjadi rules,
gagal total menjadi gatot, ketiak basah menjadi kebas, nonton hemat menjadi
nomat, mudah ngiler menjadi mungil, cinta lewat dukun menjadi cileduk, golongan
orang jelek menjadi golek, pulang duluan menjadi puldul, muka jaman dulu
menjadi mujadul, makan siang menjadi maksi, keren habis menjadi keris, tukang
tipu menjadi tuti, dsb.
Mereka juga
menciptakan kata baru untuk menggantikan kata yang sebenarnya, contohnya kerja
menjadi gawe, gila menjadi gokil, ayah menjadi bokap, ibu menjadi nyokap, tidak
ada nyali menjadi cemen, sudah menjadi udin, selingkuhan menjadi sephia, kasih
sayang menjadi kacang, lupa menjadi lupita, dsb.
Masih banyak
sekali bahasa gaul yang digunakan para remaja dalam percakapan sehari-hari
(untuk percakapan situasi tidak resmi). Memang tidak semua remaja menggunakan
bahasa gaul. Remaja yang menggunakan bahasa gaul pada umumnya adalah remaja
yang ingin dianggap beken atau tenar di kalangan teman-temannya. Mereka
menganggap berbahasa gaul adalah keren.
Bahasa gaul
yang digunakan anak remaja ini sudah populer dan menjalar ke mana-mana.
Anak-anak pun mengetahui gaya bahasa ini. Bagaimana jika para remaja tersebut
menggunakan penulisan bahasa gaul dalam pelajaran bahasa Indonesia di sekolah?
Gurunya pasti tidak paham dan itu tidaklah sesuai dengan yang diajarkan di
sekolah. Oleh karena itu, para remaja harus dapat menempatkan kapan dan dengan
siapa mereka menggunakan bahasa gaul untuk berkomunikasi ataupun kapan mereka
menggunakan bahasa gaul untuk menulis.
Penggunaan
bahasa gaul dalam hal penulisan ataupun percakapan adalah tidak salah jika
remaja tersebut menggunakan bahasa gaul pada saat situasi tidak resmi. Namun,
yang perlu diingat adalah sebagai remaja, generasi penerus bangsa, mereka juga
tidak boleh melupakan penggunaan ragam bahasa baku untuk dipakai dalam situasi
resmi.
Bahasa
Prokem Perburuk Bahasa Indonesia
Bahasa prokem yang biasa
digunakan oleh kalangan remaja tertentu dikhawatirkan dapat memperburuk
perkembangan bahasa Indonesia. ”Sebagai bahasa pergaulan, perkembangan bahasa
prokem itu sangat pesat. Hal ini dikhawatirkan justru memberikan pengaruh
buruk terhadap bahasa Indonesia,” kata Kepala Balai Bahasa Provinsi Jatim
Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) RI, Amir Mahmud, di Surabaya, Rabu.
Oleh sebab itu, dia minta para
tenaga pendidik di sekolah untuk lebih mengintensifkan penggunaan bahasa
Indonesia yang baik dan benar. “Memang harus diakui kualitas sumber daya
manusia kita di bidang bahasa Indonesia masih minim. Hal ini yang perlu
ditingkatkan,” katanya di sela-sela seminar internasional tentang Relasi
Lokalitas-Globalitas Menuju Modernitas Bahasa dan Sastra Indonesia. Meskipun
demikian, dia menganggap kehadiran bahasa prokem itu wajar karena sesuai dengan
tuntutan perkembangan nurani anak usia remaja. Masa hidupnya terbatas sesuai
dengan perkembangan usia remaja. Selain itu, pemakaiannya pun terbatas pula di
kalangan remaja kelompok usia tertentu dan bersifat tidak resmi.
“Kami yakin, kalau sudah ke luar dari lingkungan kelompoknya itu, mereka
akan beralih dan menggunakannya kembali bahasa lain yang berlaku secara umum,”
kata Amir.
Ia menjelaskan, bahasa prokem itu konon berasal dari kalangan preman.
Bahasa prokem itu digunakan sebagai sarana komunikasi di antara remaja
sekelompoknya selama kurun tertentu.
Sarana komunikasi diperlukan oleh
kalangan remaja untuk menyampaikan hal-hal yang dianggap tertutup bagi kelompok
usia lain atau agar pihak lain tidak dapat mengetahui apa yang sedang
dibicarakannya.
Bahasa prokem itu tumbuh dan berkembang sesuai dengan latar belakang sosial
budaya pemakainya. “Hal ini merupakan perilaku kebahasaan dan bersifat
universal,” katanya menambahkan.
Kosakata bahasa prokem di
Indonesia diambil dari kosakata bahasa yang hidup di lingkungan kelompok remaja
tertentu. Pembentukan kata dan maknanya sangat beragam dan bergantung pada
kreativitas pemakainya.
Bahasa prokem berfungsi sebagai
ekspresi rasa kebersamaan para pemakainya. Selain itu, dengan menggunakan
bahasa prokem, mereka ingin menyatakan diri sebagai anggota kelompok masyarakat
yang berbeda dari kelompok masyarakat yang lain.
Data Pengamatan
Sering muncul
keluhan di kalangan ahli bahasa, terutama pendidik, berkenaan dengan penggunaan
bahasa di kalangan remaja. Para remaja berkecenderungan untuk
"mencetak" bahasanya sendiri sebagai lambang suatu kelompok untuk
mengisyaratkan kapribadian kelompok tersebut. Contoh percakapan di bawah ini,
sedikit banyak menggambarkan penggunaan bahasa di kalangan remaja.
A : hayoo..
kemana tadi lo ga masuk kuliah ?
B : tadi pagi
gue bangun kesiangan, gara-gara semaleman ngerjain tugas.
A : trus
sekarang kelar tugas nya ?
B : udah sih,
tapi kayaknya geje, soalnya ngerjainnya sambil nonton bokep, hehe..
A : Parah lo
nonton film begituan, liat nih, tugas gue dah kelar, keren kan ?
B : ngga lah, bercanda
men, ah.. narsis lo, bukannya bantuin gue kemaren..
A : cabut ke
kantin yuk.. gue baru dikasih duku nih ma bokap, gue traktir lah..
Percakapan di atas sulit dikenali maknanya, karena memang sama sekali bukan
proses penyampaian pesan. Semua kata dapat dipahami namun susunannya sedemikian
rupa hingga seolah tak bermakna. Dialog di atas tidak berisi apa-apa selain
pengungkapan keakraban. la berlaku sebagai semacam passwords yang menandai
hubungan intim antar teman. Contoh percakapan semacam itu, mudah ditemui baik
dalam percakapan antar remaja, maupun dalam novel-novel pop yang memang
ditujukan bagi para remaja.
Analisis Data
Bahasa prokem
sebenarnya bisa disebut juga bahasa OK, karena sesudah huruf awal sebelum huruf
vokal selalu disisipkan “ok” dan suku kata atau satu huruf akhir dihilangkan.
Misalnya seperti ini:
Prokem (Preman)
Awalannya Pr-,
disisipkan -ok-, dilanjutkan -em, -an dihilangkan.
Rokum (Rumah)
Awalannya R-,
disisipkan -ok-, dilanjutkan -um, -h dihilangkan.
Doku (Duit)
Awalannya D-,
disisipkan -ok-, dilanjutkan -u, -it dihilangkan.
Mokat (Mati)
Awalannya M-,
disisipkan -ok-, dilanjutkan -at, -i dihilangkan.
Mokal (Malu)
Awalannya M-,
disisipkan -ok-, dilanjutkan -al, -u dihilangkan.
Namun tidak
selalu mengikuti aturan seperti contoh di atas, kadang malah menyimpang dari
arti yang sebenarnya. Seperti contoh dibawah ini:
Rokar (Rokok)
Awalannya R-,
disisipkan -ok-, -okok diganti -ar.
Sedokur (Saudara)
Awalannya
Sed[Saud]-, disisipkan -ok-, -ara diganti -ur.
Atau
pengembangan dari bahasa lain, seperti:
Bokep (BF=Blue Film atau film porno)
Awalannya B-, disisipkan -ok-, ditambah
-ep [dialek dari konsonan "f"].
Ada juga yang malah membingungkan jika diartikan
ke Bahasa Indonesia dengan menggunakan metode OK tadi. Ada kemungkinan kata itu
diambil dari bahasa daerah.KESIMPULAN
Bahasa prokem adalah penggunaan kata-kata dalam bahasa yang tidak
resmi dan ekspresi yang bukan merupakan standar penuturan dialek atau bahasa.
Bahasa prokem itu tumbuh dan berkembang sesuai dengan latar belakang sosial
budaya pemakainya.
Bahasa Prokem
sudah pernah populer digunakan dalam pergaulan anak muda Jakarta pada era tahun
80-an hingga awal 90-an. Penggunaan bahasa prokem ini merupakan ciri dari
perkembangan psikososial remaja. Remaja memasuki tahapan psikososial yang
disebut sebagai identity versus role confusion, yaitu pencarian dan
pembentukan identitas. Penggunaan bahasa prokem ini juga merupakan bagian dari
proses perkembangan mereka sebagai identitas independensi mereka dari dunia
orang dewasa dan anak-anak.
Kosakata bahasa prokem di
Indonesia diambil dari kosakata bahasa yang hidup di lingkungan kelompok remaja
tertentu. Pembentukan kata dan maknanya sangat beragam dan bergantung pada
kreativitas pemakainya.
Bahasa prokem berfungsi sebagai
ekspresi rasa kebersamaan para pemakainya. Selain itu, dengan menggunakan
bahasa prokem, mereka ingin menyatakan diri sebagai anggota kelompok masyarakat
yang berbeda dari kelompok masyarakat yang lain.
___poer, 22 Okt 2014___
Langganan:
Postingan (Atom)